Kamis, 24 September 2020

Radikal muncul karena aspirasi diabaikan

Radikal muncul karena aspirasi diabaikan
*///////////////////////////////////////////////////////////*

Tahukah anda apa itu radikal?  Mengapa kata ini sering di pakai dalam setiap isu terkini terkait dengan isu-isu pemahaman tertentu atau golongan tertentu?  Apakah radikal sekejam itu?  Mari kita simak ulasan berikut ini :

Secara etimologis, kata radikal sesungguhnya netral. Radikalis, kata sifat ini berasal dari bahasa Latin, radix atau radici. Menurut The Concise Oxford Dictionary (1987), istilah radikal berarti ‘akar’, ‘sumber’, atau ‘asal-mula’. Dimaknai lebih luas, istilah radikal mengacu pada hal-hal mendasar, prinsip-prinsip fundamental, pokok soal, dan esensial atas bermacam gejala, atau juga bisa bermakna “tidak biasanya” (unconventional). Namun sering kali istilah radikal sering di kaitkan dengan Terorisme,  Penganiyan,  Anarkis bahkan di tujukan pada kelempok-kelompok tertentu.  

Masih ingatkah anda dengan pernyataan Menteri Agama terkait paham Radikal? Di Dalam ajaran agama islam, yang benar tetap benar dan salah tetap salah.  Salah satu pokok fundamental dari paham yang Haq dan batil inilah muncul istilah radikal.  Padahal,  jika kita telusuri setiap kebijakan negara memang jauh dari harapan masyarakat.  Ketidakadilan,  kemiskinan,  Resesi ekonomi,  krisis kepercayaan terhadap pemerintah merupakan akar persoalan di Negara ini.  

Banyak PHK di masa pandemi dan sulitnya mencari kerja juga salah satu faktor utama mengapa paham Radikal ini muncul.  Namun,  radikal tetaplah radikal.  Tindakana anarkis,  teror,  dan berbagai kejahatan lain disana pasti muncul karena dasar pemahamannya bersifat fundamental atau mendasar.  Sedangkan Islam  Tidak seperti yang anda bayangkan,  Islam mengajarkan bahwa setiap umatnya untuk saling memaafkan, saling kasih sayang,  dan tebarkan Rahmat  Ilahi kepada seluruh penjuru Dunia.  Islam tidak seperti apa yang selama ini anda bayangkan,  tidak pula se ekstrim paham radikalisme.  Jika radikal hanya di kaitkan dengan umat islam saja,  lalu mengapa Para Zionis itu tidak di sebut radikal?  Bukankah mereka yang lebih radikal? Masih ingatkah anda kasus New Zeland seseorang yang tidak di kenal masuk Masjid dan tembak mati Jamaah yang lagi sholat Jumat, lalu di rekam seakan-akan seperti anda bermain game Fre fire.  Dengan senapannya dia berani melakukan hal itu,  belum lagi palestina yang di jajah, bukan kah itu radikal?  Bukan kah itu terorisme?  Bukankah itu penindasan?  Bukankah itu penjajahan?  Mengapa selama ini yang di soroti itu hanya Islam?  Sekan-akan Islam saja yang menganut paham radikal.  Apalagi di bangsa yang kita cintai ini.  

Inilah kekeliruan yang harus di luruskan,  siapapun anda yang membaca tulisan ini saya ingatkan bahwa selama ini kaum muslim selalu di pojokkan.  Di bangsa  yang kita cintai ini misalnya,  di papua terus bergejolak dengan teriakan papua merdeka,  dengan berbagai pelanggaran HAM,  penembakan di area Freeport, Timika,  Nduga,  Jayapura,  Dan beberapa daerah lainnya memkan korban jiwa tiap harinya.  Baik dari pihak TNI-POLRI,  Rakyat sipil sendiri maupun KKB atau (OPM). Jelas disini bahwa pemerintah tidak bijak menyikapi setiap persoalan yang ada. Kebijakannya selalu blunder dan menjadi bahan olok-olokan Netizen.  Partisipasi rakyat untuk percaya kepada pemerintah berkurang karena blunder dari kebijakan yang tidak memihak kepada rakyat dan selalu menimbulakan perpecahan di antara golongon,  idelogi,  ras dan Agama.  Pemerintah selalu mengabaikan aspirasi dari rakyatnya sendiri,  hutang yang menggunung,  TKA yang masuk berbondong-bondong menambah kekecewaan rakyat terhadap pemerintah.  Hukum yang di anggap seperti sebuah mata pisau yang tajam ke bawah namun tumpul ke atas.  

Ujung-ujungnya pengalihan isu,  Radikal,  Teroris,  khilafah.  Ustad-ustad dan para Dai serta para ulama di persekusi di berbagai tempat. Pada dasarnya pengalihan isunya dengan menyeret para pelaku dakwah yang berpegang teguh pada yang Haq dan melawan yang Munkar (Batil).  HTI,  FPI Jadi bulan-bulanan isu paham radikal. Padahal tak sadar pemerintah punya persoalan yang mendasar.  Persoalan papua misalnya,  untuk saat ini dunia International menyoroti persoalan papua,  tapi lagi-dan lagi pemerintah selalu bersikap masa bodo. Apakah seperti ini kita bernegara?  Apakah harus demikian?  Kedaulatan negara dan kesejahteraan pada rakyat memang menjadi persoalan saat ini.  
berbagai persoalan itu muncul dan pengalihan isunya sudah bisa di tebak,  FPI,  HTI,  KHILAFAH,  RADIKAL.  Ujung-ujungnya para ulama dan Dai jadi sasaran pengalihan isu oleh buzer Istana.  Seakan-akan persoalan bangsa ini hanya soal khilafah dan Radikal yang selalu di kaitkan dengan umat muslim.  Padahal munculnya perlawanan rakyat terhadap Rezim adalah karena aspirasinya terabaikan dan tidak menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah.  Jika memang ada pelaku Radikalisme, Terorisme,  dan berbagai paham yang mengganggu kedaulatan negara maka di sikapi dengan serius tanpa harus mengalihkan isu untuk mengkambing hitamkam kelompok tertentu. Jika terbukti maka prosesnya secara hukum agar tidak ada lagi yang mengobok-obok kedaulatan Negara.  Disinilah peran pemerintah,  Aparat keamanan TNI-POLRI,  dan berbegai instasi penegak hukum untuk menegak hukum seadil-adilnya.  Tidak bisa di pungkiri  Terorisme,  Radikalisme merupakan musuh kita bersama.  Tapi sekali lagi,  tidak bisa hanya di kaitkan dengan kelompok tertentu atau agama apapun.  Islam,  kristen,  katolik,  Hindu budha sudah hidup berdampingan sejak dahulu.  Saya yakin,  tidak ada satupun dari ajaran agama yang mengajarkan kebencian,  saling membunuh,  dan sikap yang intoleran.  Apapun agamanya.  Jika ada yang bertindak di luar nilai-nilai keagamaan maka pelaku tersebut hanya oknum. Jika terbentuk secara kelompok maka dia tidak bisa di kaitkan dengan kelomok atau agama tertentu. Mereka yang keluar dari Nilai-Nilai KeTuhanan Adalah sebuah kelompok yang punya paham Radikal atau terorisme. Apalagi yang berkedok agama,  bisa saja mengatas namakan agama tertentu untuk menjalankan visi busuknya.  Inilah musuh kita bersama.  Bukan Islam,  bukan Kristen,  bukan Katolik,  bukan Hindu,  bukan pula Budha.  Kita harus cerdas dalam melihat berbagai persoalan baik di dalam maupun luar negeri. Toh Bhineka Tunggal ika masih terpampang rapi di dinding Rumah  menjadi cerminan buat diri kita masing masing untuk menuju ketahanan Nasional.   pemerintah jngan hanya membabgun narasi yang memecah belah perstuan. jangan yang kritis di balas  radikalis. Merawat kesatuan dan persatuan bangsa itu penting.  Pemerintah punya banyak pr yang harus di selesaikan.  Untukmu MENANG,  ada banyak hal mendasar di Tubuh kemenrtian Agama yang harus di selesaikan.  Jangan tebar narasi yang menimbulakan kontroversi di tengah masyarakat dan berpotensi retaknya nilai-nilai persatuan sebagai bangsa Yang Berdaulat.  

Oleh 
Ismail weripang



Senin, 07 September 2020

KONTRIBUSIKU UNTUK TANAH PAPUA

"Trauma Heling di kampung Ayapo Pasca Banjir Bandang di sentani Tahun 2019"
KAMMI (KESATUAN AKSI MAHASISWA MUSLIM INDONESIA)
###############################

Peristiwa Banjir bandang di Sentani 16 Maret 2019, merupakan tragedi memilukan bagi warga kabupaten jayapura dan sekitarnya.  Sekitar 200 orang meninggal dunia dan sebagian lainnya  di nyatakan hilang akibat terbawa arus banjir.  Kurang lebih 1000 orang warga sentani  memilih mengungsi ke tenpat yang lebih tinggi. Para relawan, ormas,   TNI-POLRI,  dan juga Basarnas terjun langsung ke lokasi bencana untuk saling bahu-membahu mencari korban yang hilang. serta yang luka-luka maupun yang meninggal dunia langusng di larikan ke RSUD Yowari,  RSUD Dian Harapan,  dan juga puskesmas yang terdekat.  Selain itu para relawan yang bekerja sama dengan pemerintah kabupaten jayapura mendirikan posko-posko pengungsian.

 akibat dari banjir bandang ini berdampak langsung pada Naiknya air danau. Masyarakat yang tinggalnya di dekat danau terpaksa memilih mengungsi ke posko pengungsuian akibat rumahnya terendam banjir.  

Pada tanggal 30 maret 2019 teman-teman dari KAMMI membentuk Tim relawan kemanusiaan dan saya juga salah satu di antaranya yang ikut Serta dalam kegiatan kemanusian tersebut.TIM dari  KAMMI pun rapat, kemudian hasil rapat  tersebut membentuk kesepakatan bersama, kami pun ingin mengadakan "Trauma Heling" Dan juga membantu BAMA (Bahan Makanan)  seperti Mie instan,  gula,  beras, telur dan juga pakaian layak pake seperti Baju,  celana,    bantal,  tikar dll.  

Target TIM relawan tentu kepada dua kampung yang terdampak langusng di tengah danau sentani seperti kampung Alepo dan juga ayapo.  Untuk menuju ke sana tim harus bersedia menyewa longboat, kemudian menyeberang melalui danau Sentani. Perjalanan itu kurang lebih memakan waktu 15 menit untuk sampe kesana.  
Sesampainya di dua kampung tersebut, kami pun terkejut karena rumah warga terendam air dan mereka memilih mengungsi ke gereja yang posisinya lebih tinggi dari rumah warga yang berada di dekat  danau.  Anak-anak yang masih kecilpun harus terpaksa merasakan bagaimana peristiwa kelam tersebut yang baru terjadi sepanjang sejarah di kabupaten jayapura.  Mereka terpaksa tidak bisa sekolah karena sekolah mereka terendam air luapan  banjir.  Trauma sudah pasti dirasakan oleh anak-anak dan juga warga dua kampung tersebut. 

Maka, kami pun datang dengan penuh antusias ingin membantu sekaligus memberikan semangat kepada anak-anak agar mereka bisa tetap belajar walaupun dalam kondisi yang terbatas.

Bermain dan tertawa bersama mereka adalah suatu kebahagian tersendiri bagi saya dan juga teman-teman pada saat itu. Tak lupa pula kami membawa buku tulis dan juga bulpen untuk mereka agar  mau belajar. setelah itu kami  tanyakan bagaimana  keadaan mereka,  apa cita-citanya,  dan juga berbagai Game lain kami berikan untuk menghibur mereka seperti Bernyanyi,  bermain,  Mop,  dan juga memberikan semangat untuk mereka agar tetap kuat melewati cobaan ini. Senyum-senyum polos dari mereka membuka hati dan juga pikiran saya. Saya merasa senang bisa berada di tengah-tengah mereka. 
Dari sini saya belajar,  bahwa hidup ini kita tidak sendiri.  Melainkan ada orang-orang di sekeliling kita yang juga membutuhkan uluran tangan kita,  membutuhkan bantuan kita,  dan juga saling tolong-menolong dalam kebaikan.  Masusia adalah makhluk sosial.  Maka sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.  Saya pernah membaca salah satu kutipan dari Bung karno,  dia pernah mengatakan seperti ini : jangan tanyakan apa yang Negara berikan untuk kamu tapi tanyakanlah apa yang sudah kamu berikan untuk negara.  

Ayo.. 
Saya mengajak kepada teman-teman semua untuk selalu berkarya dan juga berkontribusi untuk Negeri.  inilah kisahku,  inilah kontribusiku untuk papua, untuk korban bencana banjir. Untukmu sahabat muda,  yuk kurangi rebahan dan mari sama-sama kita berikan perubahan. 
 

Hormat saya
ISMAIL WERIPANG

Rabu, 02 September 2020

(Filosofi Kebangsaan) Ruh permainan kolektif sepak bola

(Filosofi kebangsaan) Ruh Permainan Kolektif sepak bola 
*************************
"""""""""""""""""""""""""""""""""

Bagaimanapun,  sepak bola adalah permainan kolektif.  Bersinarnya bintang-bintang sepak bola adalah masih dalam koridor kolektifitas.  Jadi,   Lionel Messi menjadi bintang, bukan karena ia sendiri seorang bintang,  tapi Messi menjadi bintang karena sepuluh orang lainnya dilapangan hijau yang mendukung kebintangannya.  

Saat ini mungkin sudah habis masanya,  usianya yang menua kemudian rekan-rekan setimnya yang dulunya bersama dengannya kini telah gantung sepatu dan satu per satu pergi meninggalkan nya.  Kebintangannya di telan usia dan masa.  Namun secara prinsipil,  struktur organisasi sebuah keseblasan tercetak dalam satu potret bersama yang dibingkai oleh adanya skema permainan Tiki-Taka yang terkenal sebagai Formasi.  

Seiring berjalannya waktu, pertukaran manaejemen tim dan staf di kubu blaugrana membuat tim ini kemorosotan dari yang dulunya diera 2009-2015 menjadi tim yang paling di takuti didataran eropa kini di permalukan Tim asal Jerman Bayern Munchen Dengan Skor telak 8-2 di permepat Final UCL 2020.  Berbagai persoalanpun muncul setelah tersingkir di Quatrick perempat Final UCL  2016-2020 Menjadi musim terpuruk setelah di tinggal oleh manajer seperti Pep Guardiola dan luis Enrique.  

Dari sini kita belajar bahwa ikatan yang mempersatukan individu-individu dalam sepak bola dilukiskan sebagai "Ikatan yang meskipun ringan seperti udara, namun sama kuatnya dengan ikatan besi".  Permainan kolektif,  taktik,  strategi bertahan dan menyerang dan skill masing-masing individu serta manejeman Tim yang baik kunci dari keberhasilan Club sepak bola terbaik didunia.  

Filosofi tersebut bisa ditarik masuk ke dalam konteks kebangsaan dan dicelupkan ke dalam diskursus kekinian Indonesia yang tengah terpuruk, setelah melalui Masa mencekik pandemi Covid19. Rasa optimis tentu pasti ada,  di setiap diri individu punya rasa Optimis yang sama. Yaitu ingin melihat gebrakan perubahan besar dalam berbangsa.  Cita-cita dan janji-janji politik adalah harapan yang kemudian di eksekusi oleh kerjasama (Tim) kabinet dalam menyusun program kerja serta mengeksekusi visi dari seorang Presiden Merupakan Kolektifitas dari sebuah (Tim) kabinet Presiden. 
 
Suporter (Rakyat)  tentu menginkan yang terbaik.  Ada pula yang melihat kekurangan dari Tim melancarkan kritik-kritik yang tajam kepada Pemain serta staf manajemen dari tim merupakan bagian dari nyawa berdemokrasi.  Tentu keinginannya juga sama seperti yang lainnya, ingin melihat Indonesia yang Maju dan sejahtera Rakyatnya.  

#Cules
#NegarawanMuda
#PegiatKebangsaan

Untukmu...

Untukmu... Hati kita buatan Tuhan, bukan buatan Taiwan. Bisa rusak berulang kali, dan bisa betul berulang kali tanpa perlu dibaw...