Rabu, 02 September 2020

(Filosofi Kebangsaan) Ruh permainan kolektif sepak bola

(Filosofi kebangsaan) Ruh Permainan Kolektif sepak bola 
*************************
"""""""""""""""""""""""""""""""""

Bagaimanapun,  sepak bola adalah permainan kolektif.  Bersinarnya bintang-bintang sepak bola adalah masih dalam koridor kolektifitas.  Jadi,   Lionel Messi menjadi bintang, bukan karena ia sendiri seorang bintang,  tapi Messi menjadi bintang karena sepuluh orang lainnya dilapangan hijau yang mendukung kebintangannya.  

Saat ini mungkin sudah habis masanya,  usianya yang menua kemudian rekan-rekan setimnya yang dulunya bersama dengannya kini telah gantung sepatu dan satu per satu pergi meninggalkan nya.  Kebintangannya di telan usia dan masa.  Namun secara prinsipil,  struktur organisasi sebuah keseblasan tercetak dalam satu potret bersama yang dibingkai oleh adanya skema permainan Tiki-Taka yang terkenal sebagai Formasi.  

Seiring berjalannya waktu, pertukaran manaejemen tim dan staf di kubu blaugrana membuat tim ini kemorosotan dari yang dulunya diera 2009-2015 menjadi tim yang paling di takuti didataran eropa kini di permalukan Tim asal Jerman Bayern Munchen Dengan Skor telak 8-2 di permepat Final UCL 2020.  Berbagai persoalanpun muncul setelah tersingkir di Quatrick perempat Final UCL  2016-2020 Menjadi musim terpuruk setelah di tinggal oleh manajer seperti Pep Guardiola dan luis Enrique.  

Dari sini kita belajar bahwa ikatan yang mempersatukan individu-individu dalam sepak bola dilukiskan sebagai "Ikatan yang meskipun ringan seperti udara, namun sama kuatnya dengan ikatan besi".  Permainan kolektif,  taktik,  strategi bertahan dan menyerang dan skill masing-masing individu serta manejeman Tim yang baik kunci dari keberhasilan Club sepak bola terbaik didunia.  

Filosofi tersebut bisa ditarik masuk ke dalam konteks kebangsaan dan dicelupkan ke dalam diskursus kekinian Indonesia yang tengah terpuruk, setelah melalui Masa mencekik pandemi Covid19. Rasa optimis tentu pasti ada,  di setiap diri individu punya rasa Optimis yang sama. Yaitu ingin melihat gebrakan perubahan besar dalam berbangsa.  Cita-cita dan janji-janji politik adalah harapan yang kemudian di eksekusi oleh kerjasama (Tim) kabinet dalam menyusun program kerja serta mengeksekusi visi dari seorang Presiden Merupakan Kolektifitas dari sebuah (Tim) kabinet Presiden. 
 
Suporter (Rakyat)  tentu menginkan yang terbaik.  Ada pula yang melihat kekurangan dari Tim melancarkan kritik-kritik yang tajam kepada Pemain serta staf manajemen dari tim merupakan bagian dari nyawa berdemokrasi.  Tentu keinginannya juga sama seperti yang lainnya, ingin melihat Indonesia yang Maju dan sejahtera Rakyatnya.  

#Cules
#NegarawanMuda
#PegiatKebangsaan

Untukmu...

Untukmu... Hati kita buatan Tuhan, bukan buatan Taiwan. Bisa rusak berulang kali, dan bisa betul berulang kali tanpa perlu dibaw...