Kamis, 06 Agustus 2020

Revitalisasi wawasan kebangsaan

Revitalisasi Wawasan Kebangsaan
«""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""

     Sekali lagi harus ditegaskan: dari berbagai peristiwa sejarah yang telah merekontruksi wajah republik tercinta ini,  telah menempatkan wawasan kebangsaan pada posisi sentral dalam kehidupan politik bangsa Indonesia. Sebagaimana yang senantiasa terprasastikan secara formal,  wawasan kebangsaan mencapai titik kulminasinya pada saat wawasan tersebut terintegrasikan sebagai unsur fundamental dari suatu philosofiche grondslag sebuah nationstate yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia. 
         Dan sekarang ini, ada pekerjaan besar bagi bangsa ini untuk kembali meratakan jalan bagi revitalisasi wawasan kebangsaan untuk sekali lagi berkesempatan mencapai titik kulminasinya dan terintegrasikan secara utuh pada negara ini,  yang kali ini harus bertumpu pada apresiasi rasa berkeadilan.  Harus dikukuhkan bahwa menjawab krisis kebangsaan konsep wawasan kebangsaan bukanlah semacam set back pemikiran,  tapi lebih dari itu adalah pengukuhan kembali bagaimana bangsa Indonesia senantiasa memiliki cara menjawab segenap tantangan yang menyergapnya,  termasuk dalam soal situasi akan jatidirinya sendiri.  


wawasan kebangsaan justru akan menyadarkan warga negara akan pentingnya arti hidup bersama atas dasar persamaan hak dan kewajiban di hadapan hukum,  serta sebagai pembentukan tata pandang yang sehat dan wajar mengenai masa depan.  Justru dalam masa krisis ini, wawasan kebangsaan mempunyai dua sisi mata uang yang sama.  Pertama,  mendukung suatu unikum dalam arti suatu pengelolaan berbagai subunikum dalam suatu rangkaian kerangka kebangsaan.  Kedua,  efektif untuk mengelola suatu bangsa yang besar,  dalam masa setiap unikum dapat mempertahankan keunikannya.  
       Sayangnya, realisasi revitalisasi wawasan kebangsaan dalam rumusan kerakyatan ini amat tergantung pada adanya political will dan keberanian politik dari elit kekuasaan, atau pada titik tertentu hanya  bisa di desakkan oleh gerakan power of the people. Tanpa itu, revitalisasi wawasan kebangsaan tetap saja,  hanya berupa sekumpulan retorika,  yang hanya membuat rakyat melayang-layang di angan-angannya saja.  Disinilah, kebermaknaan terbesar dari proses demokratisasi itu  bersemayam. Karenanya,  wawasan kebangsaan harus diwujudkan menjadi instrumen politik yang berkeadilan.  

Untukmu...

Untukmu... Hati kita buatan Tuhan, bukan buatan Taiwan. Bisa rusak berulang kali, dan bisa betul berulang kali tanpa perlu dibaw...